Pesona Budaya Jawa: Memahami Tata Krama Jogja
Nderek langkung/ Nyuwun sewu secara Bahasa Indonesia mempunyai arti Permisi numpang lewat. Tradisi ini begitu melekat di kalangan Masyarakat jogja sejak dulu jaman nenek moyang.
Yogyakarta, lebih dari sekadar destinasi wisata alam yang memesona. Di balik keindahan alamnya, terhampar kekayaan budaya Jawa yang begitu kental dan mempesona. Nderek langkung: Memahami Tata Krama dan unggah ungguh Jogja sebuah cerminan filosofi luhur Jawa, menjadi kunci untuk menyelami lebih dalam samudra budaya ini.
Baca juga: 5 Hal yang dilarang saat makan di jawa
Jauh dari sekadar aturan kaku, tata krama Jogja memancarkan nilai-nilai kesopanan, kesantunan, dan penghormatan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Dengan mempelajari dan menerapkan tata krama ini, wisatawan tidak hanya menunjukkan rasa hormat terhadap budaya lokal, tetapi juga membuka pintu menuju pengalaman wisata yang lebih autentik dan berkesan.
Mari kita selami lebih dalam filosofi dan praktik tata krama Nderek langkung di Masyarakat Jogja, Dan menjaga sebuah warisan budaya yang tak ternilai dan patut dilestarikan.
Baca juga : Menu raminten
Menjelajahi Keindahan Budaya: Mempelajari Tata Krama Jogja dalam Interaksi Sehari-hari
Salah satu aspek penting dalam tata krama Jogja adalah bagaimana seseorang berperilaku saat bertemu orang lain. Interaksi ini menjadi momen awal untuk membangun rasa hormat dan saling menghargai. Mari kita selami beberapa contoh praktis tata krama Jogja saat bertemu orang, yang mencerminkan kearifan lokal dan budaya Jawa yang dijunjung tinggi.
Berikut contoh tata krama dalam interaksi sehari-hari dengan orang yang lebih tua :
- Lewat di hadapan rang yang lebih tua:
Menyapa dengan salam dan senyuman, menggunakan bahasa yang sopan, seperti Nderek langkung atau nuwun sewu dan Menundukan kepala atau badan sebagai symbol penghormatan kepada yang lebih tua.
- Mendahului orang lain Ketika berjalan :
Di Yogyakarta, terdapat tata krama khusus yang mengatur perilaku saat berjalan, termasuk aturan tentang mendahului orang lain. Mendahului saat berjalan kaki pun Masyarakat jogja mempunyai tegur sapa yang menjadi tata krama seperti mengucapkan Mangga atau kula ngrumiyini nggih. Memahami tata krama ini tidak hanya membantu Anda menghindari kesalahpahaman, tetapi juga menunjukkan rasa hormat terhadap budaya dan tradisi setempat.
- Mempersilahkan orang lain untuk duduk ( Mangga lenggah atau mangga pinarak )
- Menyapa orang lain yang mau pergi ( badhe tindak pundi )
- Menawarkan bantuan orang lain ( mangga kulo biantu )
- Dan masih banyak lagi
Melestarikan budaya tata krama mulai dari diri sendiri
Marilah kita memulai hari ini dengan menyapa orang – orang di sekitar kita dengan salam dan sapaan berbahasa Jawa.
Menggunakan sapaan sehari-hari dilingkungan/sekitar kita seperti :
- “Sugeng enjing, Pak” “Sugeng enjing, Bu”
- “Sugeng siang, Pak” “Sugeng siang, Bu”
- “Sugeng sonten, Pak” “Sugeng sonten, Bu”
- “Sugeng ndalu, Pak” “Sugeng ndalu, Bu”
Baca juga : Mitos menyapu tidak bersih jodoh brewokan
Lebih dari sekadar kata-kata, salam dan sapaan ini merupakan cerminan dari karakter dan kepribadian kita. Dengan menunjukkan rasa hormat dan sopan santun, kita tidak hanya menyenangkan hati orang lain, tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi Jawa yang kaya.
Marilah kita bersama-sama menjadi generasi penerus yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Jawa. Dimulai dari hal-hal kecil seperti menyapa dengan bahasa Jawa, kita dapat menanamkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya leluhur.
Jangan ragu untuk menunjukkan jati diri kita sebagai orang Jawa.
” Wong jowo ojo ngangsi ilang jawane “