Tugu Yogyakarta, atau yang dikenal dengan Tugu Pal Putih, adalah simbol ikonik kota Yogyakarta yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Tugu ini terletak di perempatan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Mangkubumi, dan memiliki makna penting sebagai penghubung antara Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Konon, Sultan Yogyakarta menggunakan tugu ini sebagai petunjuk arah saat meditasi, menghadap ke Gunung Merapi.
Dikenal dengan warna putihnya, Tugu Pal Putih memiliki bentuk bulat panjang dengan bola kecil di atasnya dan ujung yang runcing.
Tugu ini menjadi landmark terkenal, sejajar dengan Jalan Malioboro, Jalan Mangkubumi, dan Monumen Jogja Kembali, membentuk garis lurus menuju puncak Gunung Merapi.
Baca juga :
- 42 Destinasi wisata Jogja Terbaru
- Rekomendasi Kuliner lezat Jogja
- 19 Pantai dengan sunset terbaik di Jogja
Sejarah Tugu Jogja
Tugu Yogyakarta, atau Tugu Pal Putih, awalnya dibangun pada 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I sebagai simbol persatuan melawan Belanda.
Setelah rusak akibat gempa pada 1867, tugu direnovasi pada 1889 oleh Pemerintah Belanda dengan bentuk segi empat meruncing ke atas. Kini, Tugu Jogja menjadi simbol kebanggaan kota, menghubungkan Laut Selatan, Keraton, dan Gunung Merapi, serta termasuk dalam Nominasi Warisan Dunia UNESCO.
Selain sebagai ikon pariwisata, Tugu Jogja juga memiliki nilai sejarah mendalam dan sering digunakan sebagai tempat meditasi Sultan. Kini, tugu ini berdiri di perempatan jalan utama dan mengingatkan masyarakat akan perjuangan serta sejarah Yogyakarta.
Perubahan Tugu Jogja dari Masa ke Masa
Pembangunan Awal Tugu (1755)
- Tugu pertama kali dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sebagai simbol persatuan rakyat Yogyakarta dalam melawan penjajahan Belanda.
- Bentuk tugu pada awalnya adalah silindris dengan puncak bulat dan tinggi mencapai 25 meter.
Keruntuhan Tugu Akibat Gempa (1867)
- Pada 10 Juni 1867, terjadi gempa bumi besar yang menyebabkan Tugu Golong-Gilig runtuh.
- Kerusakan ini memicu desakan dari rakyat untuk membangun kembali tugu sebagai simbol perjuangan.
Renovasi oleh Pemerintah Belanda (1889)
- Tugu dibangun kembali pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada 3 Oktober 1889.
- Bentuk tugu diubah menjadi segi empat meruncing, berbeda dari bentuk silindris asli.
- Ketinggian tugu juga dikurangi menjadi sekitar 15 meter, dan dikenal dengan nama Tugu Pal Putih atau De Witte Paal.
Tugu Yogyakarta pada Abad ke-20
- Foto-foto lama menunjukkan bentuk tugu yang tetap sama meski lingkungan di sekitar tugu berubah.
- Foto-foto ini diambil oleh Kasiyan Chepas, fotografer yang juga bekerja untuk Keraton Yogyakarta, yang menyimpan arsip-arsip sejarah tugu.
Tugu Jogja Saat Ini
- Tugu Pal Putih kini menjadi salah satu landmark ikonik Yogyakarta, yang sering dijadikan lokasi foto dan objek wisata.
- Lingkungan sekitar telah mengalami perubahan dengan pelebaran jalan dan area pedestrian untuk mendukung pariwisata.
Rute Menuju Tugu Jogja
Kereta Bandara: Dari Bandara YIA, naik kereta bandara menuju Stasiun Yogyakarta.
- Waktu tempuh: Sekitar 1 jam 19 menit.
- Tiket Xpress: Rp 50.000.
- Tiket Reguler: Rp 20.000 dari Stasiun Yogyakarta.
Lanjutkan perjalanan: Dari Stasiun Yogyakarta, pengunjung dapat menggunakan becak, ojek online, atau jalan kaki sekitar 15 menit menuju Tugu Jogja.
Fasilitas yang Tersedia di Tugu Jogja
- Area pedestrian: Terdapat jalur khusus untuk berjalan kaki dan berfoto di sekitar monumen.
- Papan informasi: Menyediakan informasi sejarah Tugu Jogja dan miniatur Tugu Golong Gilig.
- Miniatur Tugu: Dapat ditemukan di sisi timur, sebagai replika dari tugu asli.
- Peringatan keselamatan: Pengunjung diminta tidak melewati batas yang ditentukan dan berhati-hati dengan lalu lintas sekitar.
Waktu Terbaik untuk Berkunjung ke Tugu Jogja
- Kapan saja: Tugu Jogja dapat dikunjungi kapan saja karena tidak ada jam buka khusus.
- Pagi atau sore hari: Waktu terbaik untuk mengunjungi adalah pagi atau sore untuk menikmati udara yang lebih sejuk dan suasana yang lebih tenang.
- Perhatikan norma dan kebersihan: Pengunjung diminta untuk menjaga kebersihan dan memperhatikan norma kesopanan selama berkunjung.
Kesimpulan
Tugu Yogyakarta, yang pertama kali dibangun pada 1755 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, mengalami beberapa perubahan besar sepanjang sejarahnya.
Setelah runtuh akibat gempa pada 1867, tugu dibangun kembali pada 1889 dengan desain yang berbeda dan lebih kecil, yang dikenal sebagai Tugu Pal Putih. Meskipun bentuk tugu tetap sama, lingkungan sekitarnya terus berubah.
Kini, Tugu Yogyakarta menjadi simbol ikonik kota dan objek wisata yang ramai dikunjungi, melambangkan persatuan dan sejarah perjuangan rakyat Yogyakarta.